Pangandaran, infopangandaran.id – Objek wisata Teras Kaca Karapyak Valley yang berdiri sejak akhir 2017 kini resmi ditutup. Destinasi ini pernah menjadi ikon baru di Pantai Karapyak dan sempat mengalahkan popularitas wisata lain di Pangandaran.
Agus Supendi, pemilik Teras Kaca Karapyak Valley, mengatakan pihaknya sudah berupaya maksimal untuk menghidupkan suasana wisata di Karapyak.
“Kami dari pelaku usaha sudah berusaha keras meramaikan kawasan ini. Tapi tanpa dukungan, sulit untuk bertahan,” ungkapnya saat ditemui, Minggu (24/8/2025)
Menurut Agus, kurangnya sentuhan perhatian dari pemerintah daerah menjadi salah satu penyebab.
“Seharusnya ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan Pemda Pangandaran. Kalau ada sinergi, ekonomi masyarakat pasti ikut terdongkrak,” ujarnya menegaskan.
Baca Juga : KPK Tangkap 11 Tersangka Korupsi Sertifikasi K3, Termasuk Wamenaker RI
Ia mengenang masa kejayaan Teras Kaca yang berlangsung sekitar tiga tahun.
“Dulu Teras Kaca jadi ikon Pantai Karapyak. Bahkan bisa mengalahkan Batukaras yang lebih dulu terkenal. Waktu itu orang rela datang jauh-jauh hanya untuk foto di sini,” kenangnya.
Puncak kunjungan terjadi pada tahun 2020. Agus menyebut antusiasme wisatawan sangat tinggi.
“Mulai jam tiga subuh sudah ada pengunjung, sampai jam sepuluh malam masih ramai. Kalau dihitung, sekitar 500 orang datang setiap hari,” jelasnya.
Dari sektor parkir saja, menurut Agus, penghasilan cukup besar.
“Per hari parkiran bisa tembus Rp.1,5 juta sampai Rp.2 juta. Itu belum termasuk dari tiket masuk dan kuliner,” katanya.
Baca Juga : Pemuda Pangandaran Rogoh Rp. 150 Juta Untuk Aspal Jalan
Namun, setelah sempat vakum pada tahun 2024, Teras Kaca tak lagi bisa bangkit seperti dulu.
“Kami sudah coba, tapi makin lama makin berat. Tanpa inovasi dan tanpa sentuhan pemerintah, akhirnya kami terpaksa tutup,” tutur Agus.
Kini, bukan hanya Teras Kaca yang berhenti beroperasi. “Valley Karapyak dan resto di kawasan ini juga tutup. Padahal dulu tempat ini jadi spot favorit untuk foto-foto, sampai pengunjung rela antre panjang,” kata Agus menambahkan.
Dengan ditutupnya ikon wisata ini, Agus berharap pemerintah lebih memperhatikan potensi lokal.
“Wisata itu bukan hanya soal kunjungan, tapi juga tentang bagaimana masyarakat bisa hidup dari sini. Kalau dikelola serius, Karapyak bisa lebih maju,” pungkasnya. (Dru)